Mahasiswi UMKT Ikuti MYILP 2025 di Bali: Wujud Nyata Toleransi dan Inklusivitas di Pendidikan

 Diposting pada: Monday, 13/01/2025, 07:00 WITA
 Penulis: Suhardiansyah Suhardiansyah
Sejalan dengan TPB nomor:
SDGs 4 SDGs 10 SDGs 16
Mahasiswi UMKT Ikuti MYILP 2025 di Bali: Wujud Nyata Toleransi dan Inklusivitas di Pendidikan

Denpasar – Seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur atas nama Greisia Dina dari Program Studi Farmasi semester 1 mendapat kesempatan mengikuti Muhammadiyah Youth Interfaith Leadership Program (MYILP) yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada 13-15 Januari 2025 di Denpasar, Bali. Program ini merupakan pelatihan kepemimpinan bagi mahasiswa non-Muslim yang berkuliah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) di seluruh Indonesia.

Kegiatan ini dihadiri oleh peserta dari berbagai latar belakang agama, seperti Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. MYILP berfokus pada bagaimana Muhammadiyah menerapkan nilai-nilai toleransi, kebersamaan, dan inklusivitas di lingkungan kampus serta bagaimana mahasiswa berperan dalam membangun keharmonisan antarumat beragama. Dalam kegiatan ini, para peserta mengikuti sesi diskusi, pelatihan, dan berbagi pengalaman tentang kehidupan di kampus Muhammadiyah sebagai mahasiswa non-Muslim.

“Saya sangat bangga menjadi bagian dari Kristen Muhammadiyah (Krismuha). Kegiatan ini membuka wawasan saya tentang pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama di Indonesia. Muhammadiyah bukan hanya tempat bagi umat Islam untuk berkembang, tetapi juga memberikan ruang yang setara bagi mahasiswa non-Muslim untuk menuntut ilmu, berkarya, dan berkontribusi,” ungkapnya.

Selama kegiatan berlangsung, ia banyak berdiskusi dengan peserta dari berbagai daerah. Salah satu hal yang mengejutkannya adalah mengetahui bahwa di beberapa PTMA, khususnya di wilayah timur Indonesia, mayoritas mahasiswa dan tenaga pendidiknya justru berasal dari kalangan non-Muslim. Hal ini membuktikan bahwa Muhammadiyah bukan hanya organisasi Islam, tetapi juga lembaga pendidikan yang terbuka bagi semua golongan tanpa membeda-bedakan latar belakang agama.

Selain itu, sebagai alumni MYILP, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk meneruskan nilai-nilai yang telah didapatkan. Program ini mengajarkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan. Ia berharap semakin banyak mahasiswa non-Muslim di PTMA yang mendapatkan kesempatan mengikuti program seperti ini agar semakin memahami betapa besarnya peran Muhammadiyah dalam membangun bangsa yang inklusif dan penuh toleransi.

Berita lainnya