Sumpah Pemuda di Era Media Sosial: Dari Layar ke Gerakan Nyata

 Diposting pada: Tuesday, 28/10/2025, 16:43 WITA
 Penulis: Raisha Azzahro
Sejalan dengan TPB nomor:
SDGs 3 SDGs 16
Sumpah Pemuda di Era Media Sosial: Dari Layar ke Gerakan Nyata

umkt.ac.id, Samarinda - Tahun 1928 menjadi tonggak sejarah ketika para pemuda Indonesia bersatu menyatakan tekad memperjuangkan kemerdekaan melalui ikrar Sumpah Pemuda. Ikrar ini menegaskan persatuan dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yakni Bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda yang dihasilkan dari Kongres Pemuda kedua ini tidak sekadar peristiwa historis, tetapi simbol kebangkitan dan persatuan generasi muda untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. 

Kini, hampir satu abad berlalu, bentuk perjuangan pun berubah. Jika dahulu perjuangan dilakukan dengan pertumpahan darah, kini diwujudkan lewat pemikiran dan kampanye di media sosial. Generasi muda tumbuh di tengah arus teknologi yang membawa peluang sekaligus tantangan. Di balik kemudahannya, dunia maya juga menghadirkan sisi negatif berupa disinformasi, ujaran kebencian, dan polarisasi sosial yang mengancam persatuan. Karena itu, semangat Sumpah Pemuda perlu dihidupkan kembali dalam bentuk persatuan di ruang digital.

Sebagaimana semangat yang lahir dari tekad untuk bersatu, generasi kini pun menghadapi tantangan baru berupa membangun kesatuan di tengah keragaman dunia maya. Melalui langkah-langkah sederhana namun konsisten, nilai nasionalisme kini tidak hanya menjadi slogan, tetapi diwujudkan dalam berbagai aktivitas bermanfaat dan berkelanjutan, terutama di media sosial. Di sinilah pentingnya literasi digital dan etika bermedia sebagai fondasi perjuangan pemuda masa kini. Literasi digital menciptakan ekosistem media sosial yang sehat dan mencerminkan nilai-nilai kebangsaan.

Kontribusi generasi muda dapat berupa konten edukatif dan inspiratif, penyelenggaraan lokakarya literasi digital dan pencegahan ujaran kebencian, hingga mempromosikan budaya dan potensi daerah ke dunia. Dunia digital harus menjadi jembatan menuju aksi nyata di kehidupan sosial sebagai wujud kesadaran digital. Para mahasiswa UMKT tidak hanya aktif di ruang digital, tetapi juga terjun langsung melalui berbagai kegiatan sosial kampus. Mulai dari aksi sosial, kampanye, pengembangan UMKM, hingga pengenalan budaya lokal dan isu kesehatan mental.

Hari ini, perjuangan pemuda bukan lagi tentang mengusir penjajah, tetapi melawan kebodohan digital, ujaran kebencian, dan disinformasi. Dengan semangat yang sama seperti 28 Oktober 1928, pemuda masa kini menjunjung tinggi tanah air, bangsa, dan Bahasa Indonesia bahkan di dunia maya sekalipun. Generasi Z memegang tanggung jawab besar untuk menjaga ruang digital agar tetap sehat. Nasionalisme modern bukan tentang menghindari teknologi, melainkan menggunakannya untuk kemajuan bangsa. Melalui sinergi antara dunia digital dan aksi nyata, generasi muda membuktikan bahwa perjuangan tidak pernah padam, namun hanya berganti media.

 

 

Penulis: Raisha Azzahro

Sumber foto: kompas.com

 

Berita lainnya