Mengenal Hak Asasi Manusia dan Perannya di Dunia Kampus
Penulis: Raisha Azzahro
umkt.ac.id, Samarinda - Setiap 10 Desember, dunia memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai pengingat bahwa setiap orang memiliki hak melekat sejak lahir untuk hidup bermartabat, aman, dan dihargai. Di lingkungan kampus, HAM tidak berhenti sebagai teori di ruang kelas, tetapi hidup dalam relasi sosial, kebijakan institusi, hingga keseharian aktivitas pembelajaran.
Dalam lingkungan yang diisi mahasiswa dari berbagai daerah, budaya, dan agama, kampus merupakan ‘miniatur masyarakat Indonesia’. Jika nilai kemanusiaan tidak terjaga di kampus, maka gambaran masa depan masyarakat pun patut dipertanyakan.
“Kampus bukan hanya sebagai tempat mengejar nilai dan prestasi akademik, tapi juga menjadi tempat belajar menghargai manusia,” ungkap salah satu mahasiswa UMKT.
Keberagaman mahasiswa dari berbagai daerah bahkan mancanegara menjadi bukti bahwa UMKT memberi ruang tumbuh bagi perbedaan. Bagi mahasiswa, HAM hadir melalui hal-hal sederhana namun fundamental, seperti kebebasan menyampaikan pendapat, perlakuan adil tanpa diskriminasi, akses fasilitas yang setara, serta rasa aman dalam berinteraksi. Pengalaman konkret ini menunjukkan bahwa penerapan HAM bukan sekadar slogan, melainkan realita yang membentuk cara berpikir dan bertindak.
Pendidikan tinggi berperan besar membangun karakter, kesadaran sosial, dan empati. Tanpa prinsip HAM, kampus berpotensi menjadi ruang eksklusif yang hanya menerima mereka yang seragam. Berbagai laporan lembaga hak asasi manusia menunjukkan bahwa diskriminasi dan perundungan di sektor pendidikan masih menjadi tantangan serius, sehingga kampus harus berada di garda terdepan untuk mencegahnya.
Nilai-nilai HAM membuat mahasiswa berani berpikir kritis, dosen bersikap adil, dan memandang perbedaan sebagai kekuatan. Sebagai bagian dari amal usaha Muhammadiyah, UMKT menanamkan nilai kemanusiaan tidak hanya melalui visi institusi, tetapi juga praktik nyata seperti seminar, literasi HAM, diskusi keberagaman, kegiatan sosial mahasiswa, hingga pengabdian masyarakat.
UMKT mendorong mahasiswa bukan hanya unggul secara akademik, tetapi juga matang secara sosial dan memiliki kepekaan terhadap sesama.
“Selain ingin memiliki wawasan yang luas dan keterampilan, kami sebagai mahasiswa juga ingin tumbuh dengan memiliki kepekaan sosial dan empati,” ungkap salah seorang pengurus ormawa di UMKT.
Perubahan besar selalu dimulai dari tindakan kecil, seperti cara bertutur, menyikapi perbedaan, hingga keberanian membela pihak yang terpinggirkan. Melalui gerakan sosial, kegiatan kemanusiaan, dan advokasi sederhana, mahasiswa UMKT tumbuh sebagai agen perubahan.
Hari HAM bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi menjadi momen refleksi. Sudahkah ruang akademik kita menjunjung keadilan? Sudahkah kita saling menghargai? Sudahkah kampus menjadi ruang aman bagi semua? Jika jawabannya belum sepenuhnya, maka peringatan Hari HAM adalah ajakan untuk bergerak bersama.
UMKT mengajak seluruh sivitas akademika menjaga nilai kemanusiaan dalam setiap aktivitas akademik dan sosial. Mari mulai menghargai perbedaan, hentikan perundungan, menggunakan bahasa yang baik, dan membangun empati. Karena kampus yang hebat tidak hanya melahirkan sarjana, tetapi juga melahirkan manusia yang menghormati sesama.
Penulis: Ashifa Nabila Putri
Editor Bahasa: Raisha Azzahro