Knowledge Sharing: Soft Skill di Dunia Pertambangan
Penulis: Fajar Alam
 
                    
                Samarinda – Sebanyak 119 mahasiswa Teknik Geologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) mengikuti kegiatan Knowledge Sharing bertema Soft Skill di Dunia Pertambangan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi Mahakam, Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang), pada Kamis (6/3/2025) di Aula Gedung E lantai 4. Acara ini bertujuan memberikan wawasan tentang pentingnya soft skill dalam dunia kerja, terutama di sektor pertambangan, serta mendorong mahasiswa untuk lebih siap menghadapi tantangan profesional di masa depan.
Ketua panitia kegiatan, Sayid Muhammad Ryan Hidayat, menyampaikan bahwa pemahaman dan penguasaan soft skill sangat penting dalam dunia kerja karena tidak hanya meningkatkan kinerja individu, tetapi juga membantu membangun relasi profesional yang lebih baik. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi peserta untuk terus berkembang. Ketua Program Studi Teknik Geologi UMKT, Ir. Fajar Alam, S.T., M.Ling., IPM, menambahkan bahwa acara ini menjadi momen berharga bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan di luar materi akademik yang berfokus pada hard skill. Ia menegaskan bahwa perguruan tinggi telah memberikan bekal ilmu melalui penelitian dan pengabdian dalam bidang kegeologian, tetapi kesiapan menghadapi dunia kerja juga harus diperkuat dengan penguasaan soft skill.
Pemateri dari Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia Kutai Kartanegara, Halilludin, S.T., CPI menyampaikan hal-hal terkait soft skill yang harus dipahami oleh siapapun yang tertarik masuk dalam dunia pertambangan. Dalam sesi diskusi, muncul pertanyaan mengenai persepsi negatif terhadap Generasi Z di dunia kerja, terutama terkait pola komunikasi dan etos kerja. Beberapa mahasiswa mengungkapkan bahwa di media sosial sering beredar anggapan bahwa Gen Z memiliki kebiasaan negatif, seperti kesulitan memahami instruksi, komunikasi yang kurang efektif, dan minimnya interaksi dengan senior. Seorang narasumber dari industri pertambangan menanggapi bahwa fenomena tersebut memang banyak terjadi di lingkungan kerja, tetapi bukan berarti Gen Z tidak bisa berkembang. Ia menjelaskan bahwa generasi ini sebenarnya memiliki potensi besar dalam inovasi, namun sering kali kurang memiliki rasa ingin tahu karena terlalu bergantung pada informasi yang mudah diakses di internet. Hal ini mengakibatkan kurangnya interaksi dengan senior yang memiliki pengalaman lebih banyak, sehingga menimbulkan hambatan dalam komunikasi dan pengembangan keterampilan sosial.
Sebagai solusi, ia memberikan beberapa saran bagi mahasiswa agar lebih siap menghadapi dunia kerja. Ia menekankan pentingnya belajar berkomunikasi dengan baik, memahami etika dalam berinteraksi dengan senior, serta tidak ragu untuk bertanya atau berdiskusi dengan rekan kerja yang lebih berpengalaman. Selain itu, ia menegaskan bahwa memiliki etos kerja yang kuat dan menunjukkan inisiatif dalam pekerjaan akan sangat membantu membangun reputasi profesional yang baik. Menurutnya, jika ingin menjadi pemimpin yang baik, seseorang harus mampu memilih anggota tim yang mau bekerja keras, bukan sekadar pintar secara akademis.
Narasumber juga menjelaskan bahwa dalam proses rekrutmen tenaga kerja di industri pertambangan, terdapat beberapa tahapan seleksi yang harus dilalui oleh kandidat. Perusahaan umumnya mempertimbangkan lima aspek utama dalam seleksi karyawan, yaitu nilai akademis, psikotes, tes IQ, wawancara, serta faktor doa dan restu orang tua. Ia menekankan bahwa koneksi atau relasi mungkin bisa membantu seseorang masuk ke tahap awal seleksi, tetapi yang menentukan diterima atau tidaknya tetaplah kompetensi dan kesesuaian dengan kebutuhan perusahaan.

Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada pemateri, penandatanganan nota kesepahaman (MoU), serta sesi foto bersama. Para peserta berharap kegiatan serupa dapat terus diadakan agar mereka lebih siap menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif dan menuntut keseimbangan antara hard skill dan soft skill.