Belajar Sepanjang Tahun: Refleksi Akademik di UMKT

 Diposting pada: Senin, 29 Desember 2025, 09:40 WITA
 Penulis: Muhammad Rafly Raihandy
Sejalan dengan TPB nomor:
SDGs 4 SDGs 5 SDGs 10
Belajar Sepanjang Tahun: Refleksi Akademik di UMKT

umkt.ac.id, Samarinda - Belajar tidak pernah benar-benar berhenti dalam ruang kelas atau kalender akademik. Di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), proses akademik dimaknai sebagai perjalanan berkelanjutan yang berlangsung sepanjang tahun, dari awal semester hingga penghujungnya, dari pemahaman teori hingga penerapan nyata di lapangan. Belajar bukan semata tentang capaian nilai, melainkan tentang pertumbuhan cara berpikir, pembentukan sikap, serta kesiapan untuk berkontribusi di tengah masyarakat.

Sepanjang tahun akademik, perkuliahan dan diskusi mahasiswa UMKT  menjadi ruang awal untuk mengasah nalar dan memperluas wawasan, sementara ujian, tugas, dan berbagai bentuk evaluasi lainnya melatih ketekunan serta tanggung jawab. Proses tersebut dilengkapi dengan kegiatan penelitian, praktikum, dan proyek terapan yang mendorong mahasiswa untuk menghubungkan teori dengan keadaan nyata dalam kehidupan sehai-hari. Di sisi lain, keterlibatan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan kolaborasi memperkaya pengalaman belajar sekaligus menumbuhkan kepekaan sosial.

Pengalaman akademik tersebut dirasakan langsung oleh mahasiswa dari berbagai latar belakang. Syafira Al Ulya Astutik, mahasiswa S1 Keperawatan, memaknai perjalanan kuliah sebagai proses belajar mengelola diri. Di tengah perannya sebagai mahasiswa, pengajar, dan aktivis eksternal organisasi kampus, tantangan terbesar yang dihadapi adalah membagi waktu secara seimbang. Setiap tanggung jawab memiliki prioritas yang sama pentingnya, sehingga menuntut kedisiplinan, manajemen waktu yang baik, serta kemampuan menentukan skala prioritas agar seluruh kewajiban dapat dijalankan secara optimal.

Seiring berjalannya waktu, Syafira merasakan perubahan signifikan dalam dirinya. Ia menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab, dan terbiasa berpikir kritis dalam menghadapi berbagai persoalan. Pengalaman mengajar dan berorganisasi membentuknya menjadi pribadi yang lebih dewasa, komunikatif, serta mampu mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang. Baginya, pengalaman belajar di luar kelas justru menjadi pelengkap penting dari pembelajaran akademik. Melalui organisasi, ia belajar tentang kepemimpinan, kerja tim, dan manajemen program, sementara dari kegiatan mengajar ia memahami makna tanggung jawab, empati, serta pentingnya komunikasi yang efektif. 

Dari seluruh proses tersebut, Syafira menarik pelajaran hidup bahwa komitmen, konsistensi, dan keseimbangan adalah kunci untuk terus bertumbuh. Kesibukan bukan alasan untuk menyerah, melainkan tantangan untuk mengelola diri dengan lebih baik.

Refleksi serupa juga disampaikan oleh Winda Styawati, mahasiswa S1 Akuntansi. Ia menilai bahwa tantangan terbesar selama kuliah adalah mengatur waktu, terutama ketika tugas datang bersamaan dan menuntut penyelesaian dalam waktu yang berdekatan. Namun, proses tersebut justru membentuk kedewasaan dan kemandiriannya. Winda mengaku kini lebih berhati-hati dalam bertindak dan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Keterlibatannya dalam organisasi kampus memberinya banyak pengalaman baru, memperluas relasi pertemanan, serta mengajarkan pentingnya kerja sama. Dari perjalanan akademiknya, Winda belajar bahwa hidup adalah sebuah proses; kegagalan adalah hal yang wajar selama tetap disertai usaha, kesabaran, dan semangat untuk tidak mudah menyerah.

Dalam perjalanan belajar tersebut, peran dosen dan lingkungan akademik UMKT menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan. Dosen tidak hanya hadir sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator yang mendampingi proses akademik mahasiswa, menguatkan budaya riset dan literasi, serta membuka ruang dialog yang mendorong berpikir kritis. Lingkungan akademik UMKT yang inklusif dan kolaboratif memberikan ruang bagi mahasiswa untuk bertanya, berdiskusi, dan berkembang sesuai potensi masing-masing.

Pembelajaran di UMKT juga menemukan maknanya melalui pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kegiatan riset menjadi sarana belajar yang nyata, tempat mahasiswa dan dosen bersama-sama menggali pengetahuan dan solusi atas berbagai persoalan. Pengabdian kepada masyarakat menjadi ruang untuk menumbuhkan empati sekaligus menerapkan ilmu yang telah dipelajari, sehingga dampak pembelajaran tidak hanya dirasakan di lingkungan kampus, tetapi juga oleh masyarakat luas. Pada titik inilah belajar menemukan esensinya, ketika ilmu pengetahuan mampu memberi manfaat nyata.

Lebih dari sekadar capaian akademik, proses belajar sepanjang tahun turut membentuk nilai dan karakter mahasiswa. Disiplin, tanggung jawab, etika, serta kepedulian sosial tumbuh seiring perjalanan akademik yang dijalani. Nilai-nilai tersebut sejalan dengan spirit Muhammadiyah dan pendidikan berkemajuan yang menjadi landasan UMKT dalam mencetak insan intelektual yang berakhlak dan berdaya saing tinggi.

Menatap semester dan tahun akademik berikutnya, UMKT terus menumbuhkan harapan akan peningkatan kualitas akademik dan semangat belajar berkelanjutan. Seluruh sivitas  akademika dan mahasiswa diajak untuk terus bergerak maju, beradaptasi, dan bertumbuh bersama dalam ekosistem pendidikan yang dinamis.

Pada akhirnya, belajar adalah perjalanan seumur hidup. Ia bukan tentang siapa yang paling cepat mencapai tujuan, melainkan siapa yang paling konsisten untuk terus berkembang. Melalui komitmen tersebut, UMKT menegaskan perannya sebagai ruang belajar sepanjang hayat, tempat setiap individu dapat bertumbuh, berproses, dan memberi makna bagi diri sendiri maupun masyarakat.

 

 

Penulis: Raisha Azzahro

Sumber gambar: Freepik

Tags:
Artikel & Opini
Berita lainnya