Apa Itu Design Thinking dan Mengapa Pendekatan Ini Penting?

 Diposting pada: Tuesday, 15/10/2024, 22:20 WITA
 Penulis: Sayekti Harits Suryawan, S.Kom., M.Kom
Sejalan dengan TPB nomor:
SDGs 4
Apa Itu Design Thinking dan Mengapa Pendekatan Ini Penting?

Saat menghadapi masalah yang rumit atau sedang merancang sesuatu yang baru, kita sering kali terjebak dalam pola pikir lama atau terpaku pada solusi yang sudah ada. Di sinilah Design Thinking menjadi pendekatan yang sangat berguna. Dengan berfokus pada pengguna dan memicu kreativitas, Design Thinking membuka ruang bagi solusi inovatif dan segar. Tapi, apa sebenarnya Design Thinking, dan bagaimana penerapannya?

Apa Itu Design Thinking?

Design Thinking adalah sebuah pendekatan yang berpusat pada manusia untuk memecahkan masalah dengan cara kreatif dan inovatif. Tujuannya adalah untuk memahami kebutuhan pengguna, menantang asumsi yang ada, dan menghasilkan solusi yang belum tentu langsung terlihat di awal proses.

Pendekatan ini melibatkan beberapa tahapan yang membantu kita memahami masalah dengan lebih baik dan merancang solusi yang lebih efektif. Dalam praktiknya, Design Thinking sering digunakan dalam bidang seperti UX/UI, desain produk, serta inovasi bisnis, tetapi sebenarnya dapat diterapkan di berbagai konteks lainnya.

Tahapan Design Thinking

Ada lima tahapan utama dalam Design Thinking, dan setiap tahapan saling berhubungan serta berulang. Ini memungkinkan kita untuk kembali ke langkah sebelumnya jika ada bagian dari proses yang perlu diperbaiki.

  1. Empathize (Berempati)
    Langkah pertama adalah berusaha memahami pengguna dengan mendalam. Di sini, kita mengamati, mendengarkan, dan berbicara langsung dengan mereka untuk mengetahui apa yang mereka rasakan, butuhkan, dan inginkan. Ini membantu kita melihat masalah dari perspektif pengguna.
  2. Define (Merumuskan Masalah)
    Setelah mendapatkan data dan wawasan dari tahap empati, kita merumuskan masalah dengan lebih spesifik. Di tahap ini, kita mengidentifikasi tantangan utama yang perlu diselesaikan, biasanya dalam bentuk pertanyaan yang jelas.
  3. Ideate (Berkreasi)
    Ini adalah tahap di mana kita menghasilkan sebanyak mungkin ide kreatif. Tidak ada ide yang salah atau buruk di tahap ini. Tujuannya adalah mengeksplorasi berbagai kemungkinan solusi tanpa batasan. Brainstorming adalah alat utama di sini.
  4. Prototype (Membuat Prototipe)
    Setelah beberapa ide dipilih, kita mulai membangun prototipe. Prototipe ini bisa sangat sederhana, misalnya sketsa atau model dasar, yang bertujuan untuk menguji ide secara cepat dan murah sebelum benar-benar diimplementasikan.
  5. Test (Uji Coba)
    Terakhir, kita menguji prototipe pada pengguna. Dari hasil uji coba ini, kita bisa mengidentifikasi apa yang berfungsi dan apa yang perlu diperbaiki. Hasil pengujian ini sering kali membawa kita kembali ke tahap sebelumnya untuk melakukan penyempurnaan.

Mengapa Design Thinking Penting?

Design Thinking penting karena ia memungkinkan kita keluar dari pola pikir yang terlalu fokus pada solusi langsung. Proses ini memberi kita kesempatan untuk mengeksplorasi ide-ide yang lebih inovatif dan sering kali tidak terpikirkan sebelumnya. Selain itu, pendekatan ini memastikan bahwa solusi yang dihasilkan benar-benar relevan dengan kebutuhan pengguna.

 

Contoh Penerapan Design Thinking

Menerapkan Design Thinking untuk Merancang Pengalaman Sarapan yang Lebih Baik

Bayangkan kamu sering merasa bahwa rutinitas sarapanmu setiap pagi itu ribet dan tidak efisien. Kadang kamu lupa beli bahan, kadang waktunya tidak cukup, dan akhirnya kamu sering hanya minum kopi tanpa sarapan yang layak. Nah, bagaimana kalau kita pakai Design Thinking untuk membuat pengalaman sarapan yang lebih lancar dan menyenangkan? Yuk, kita coba!

1. Empathize (Berempati)

Pertama-tama, coba kita memahami dulu apa yang bikin sarapan jadi ribet.

  • Langkah yang dilakukan: Kamu mulai tanya-tanya diri sendiri (atau keluarga, teman) soal masalah sarapan. Apa yang bikin ribet? Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari sarapan? Kamu mungkin menemukan bahwa seringnya kamu kehabisan bahan makanan, atau waktu persiapan terlalu lama di pagi hari.
  • Temuan: Ternyata, masalah utama adalah sering lupa menyiapkan bahan-bahan sebelumnya dan jadwal pagi yang super mepet bikin sarapan terkesan buru-buru.

2. Define (Merumuskan Masalah)

Setelah kamu memahami masalahnya, sekarang kita coba rumuskan masalah dengan lebih spesifik.

  • Langkah yang dilakukan: Dari hasil obrolan tadi, kamu menyimpulkan bahwa masalah utamanya adalah "Bagaimana saya bisa membuat sarapan yang sehat dan cepat di pagi hari, tanpa repot dan lupa bahan?"
  • Rumusan masalah: "Bagaimana caranya membuat sarapan yang praktis, sehat, dan cepat, bahkan saat saya sedang terburu-buru?"

3. Ideate (Berkreasi)

Nah, saatnya brainstorming! Ini tahap seru di mana kamu bisa menghasilkan ide-ide kreatif untuk menyelesaikan masalah sarapanmu.

  • Langkah yang dilakukan: Mulai lempar ide sebanyak mungkin, tidak ada ide yang salah di sini. Misalnya:
    • Menyiapkan bahan sarapan di malam hari.
    • Bikin menu sarapan mingguan yang bahan-bahannya gampang disiapkan.
    • Coba bikin overnight oats (sarapan siap saji yang tinggal disimpan di kulkas).
    • Beli alat pembuat smoothie otomatis yang bisa bekerja sendiri di pagi hari.
  • Hasil brainstorming: Kamu pilih beberapa ide yang terlihat menarik, misalnya menyiapkan bahan di malam hari dan membuat overnight oats.

4. Prototype (Membuat Prototipe)

Setelah ada ide yang dipilih, saatnya uji coba dengan prototipe. Prototipe ini bisa dalam bentuk apapun yang simpel dan cepat.

  • Langkah yang dilakukan: Kamu coba untuk menyiapkan bahan-bahan sarapan di malam hari, seperti memotong buah, menyiapkan oat, susu, dan topping. Kamu juga buat overnight oats sebagai cadangan jika tidak sempat di pagi hari.
  • Prototipe: Buat overnight oats atau sandwich siap santap yang tinggal diambil dari kulkas di pagi hari. Simple, kan?

5. Test (Uji Coba)

Sekarang saatnya uji coba! Apakah sarapan jadi lebih lancar dengan cara baru ini?

  • Langkah yang dilakukan: Selama seminggu, kamu coba metode baru ini. Setiap malam, kamu siapkan bahan-bahan, dan pagi harinya tinggal ambil dari kulkas. Kamu uji coba overnight oats di hari-hari yang paling sibuk.
  • Hasil uji coba: Kamu merasakan sarapan lebih praktis dan cepat. Bahkan, kamu mulai menikmatinya karena tidak lagi repot menyiapkan semuanya di pagi hari. Namun, kamu sadar ada beberapa hari ketika kamu ingin variasi makanan yang lebih segar, jadi perlu ide tambahan.

Iterasi (Pengulangan)

Dari hasil uji coba, kamu mungkin menemukan beberapa hal yang bisa diperbaiki. Misalnya, tambahkan variasi menu, atau buat reminder mingguan untuk belanja bahan-bahan sarapan. Proses ini bisa kamu ulang terus sampai sarapan pagimu benar-benar sesuai harapan!


Kesimpulan

Dengan menggunakan Design Thinking, kamu bisa menyelesaikan masalah yang tampaknya kecil namun cukup penting, seperti rutinitas sarapan pagi yang kurang efisien. Mulai dari berempati, mendefinisikan masalah, brainstorming ide, membuat prototipe, hingga menguji solusi, semua dilakukan dengan fokus pada kebutuhanmu sendiri.

Jadi, siapa bilang Design Thinking cuma buat perusahaan besar atau proyek teknologi? Kamu juga bisa pakai pendekatan ini untuk hal-hal sehari-hari, mulai dari sarapan sampai merancang jadwal yang lebih efisien. Selamat mencoba!

 

Berita lainnya